RECENT POST

Wednesday, May 18, 2011

7 Desa Terunik di Dunia

Quote:
1. Desa dengan 100 kembar identik

tak heran jika guru di sekolah itu mendapat tugas tambahan untuk menghapal muridnya satu persatu. Kedua puluh pasang anak kembar itu berjenis kelamin sama dan merupakan kembar identik. Para guru kerap salah saat menyapa nama mereka. Apalagi setiap pasang anak kembar hanya dibedakan dengan belahan rambut.Kebanyakan anak kembar lahir di rumah sakit yang sama. Menurut gynaecologist rumah sakit setempat, selama 10 tahun ia bekerja tercatat ada 100 hingga 150 kembar. Lima atau enam di antaranya kembar tiga. Kenyataan itu melahirkan misteri yg mengundang untuk diteliti. (Desa Kodinji ,kerala utara ,india)

Spoiler for kembar semua:
Quote:
2. Desa unik yang mempunyai penduduk hanya satu orang

adalah seorang pria bernama don sammons (60th) yang sudah terbiasa tinggal sendirian. Di rumah? Tidak! Dia tinggal di dalam sebuah desa aneh yang hanya berpenduduk 1 orang, yaitu dirinya.
Desa buford terletak di wyoming, colorado, daerah perbukitan dengan suhu rendah terlebih dimusim dingin. Desa ini tlh ditinggalkan oleh seluruh penghuninya yg memilih untuk tinggal di tempat lain untuk mencari penghidupan yg lebih baik karena merasa wilayah ini tidak akan bisa berkembang. Namun tidak demikian dengan kakek sammons yang kekeh untuk tetap tinggal disana walaupun seorang diri. Sammons meninggalkan los angeles th 1980 bersama istri dan anaknya dan memilih menetap di buford yg ketika itu masih dihuni oleh sekitar 2000 orang pekerja rel kereta api. Ketika istrinya meninggal 15 tahun lalu, anaknya yang kini berusia 26 tahun pun memilih untuk pindah ke kota colorado. Sammons mengelola sendiri sebuah pom bensin kecil dan sebuah toko untuk melayani mereka yang mampir dalam perjalanan lintas negara. “dalam sehari toko saya bisa dikunjungi 1000 orang di musim panas, namun menurun hingga 100 orang saja di musim dingin,” kata sammons yg mengklaim dirinya sebagai raja di buford.

Spoiler for cuma 1 orang:
Quote:
3. Desa dengan penduduk keterbelakangan mental
sebanyak 445 warga di tiga desa yakni desa patihan, pandak, dan sidoharjo, kabupaten ponorogo, jawa timur, mengalami keterbelakangan mental atau idiot. Kondisi ini diyakini sudah terjadi sejak 1970-an. Tiga desa tersebut bersebelahan hanya dipisahkan oleh gugusan perbukitan rajekwesi. Desa sidoharjo berada dilereng sebelah utara, desa karang patihan di lereng timur, sementara desa pandak berada ditenggara. Namun jarak antar desa mencapai puluhan kilometer dipisahkan hutan dan perbukitan kapur. Kepala desa karang patihan daud cahyono menuturkan, sejak kemarau menerjang, kondisi desa di sekitar perbukitan menjadi tandus dan berkapur. Tak sedikit warga yang kekurangan gizi, kekurangan iodium, sehingga menyebabkan kebodohan.Kepala seksi gizi dinas kesehatan kabupaten ponorogo iman sukmanto membenarkan hal tsb. Menurut dia, salah satu penyebab keterbelakangan mental ratusan warga adalah kekurangan iodium yg banyak terdapat pada garam/kecap.

Spoiler for kasihan:
Quote:
4. Desa kepiting

sebuah perkampungan yang warganya mengalami kelainan fisik ditemukan di dusun ulutaue, desa mario, kecamatan mare, bone, sulawesi selatan. Di sana, puluhan penduduknya menderita kelainan di jari kaki dan tangan. Mulai dari lanjut usia hingga bawah lima tahun, jari-jari mereka terbelah menjadi dua hingga mirip capit kepiting.di dusun ulutaue, baik anak-anak maupun dewasa memiliki jari terbelah dua dan terkadang hanya memiliki tiga ruas jari. Alhasil, jika difungsikan, jari mereka mirip dgn kepiting. Fenomena tersebut mereka anggap sebagai kutukan bagi mereka yg berasal dari garis keturunan yg sama. Akibat keanehan pada jari2 mereka, sebagian warga kampung lain ada yg merasa jijik bergaul dengan mereka. Tak hanya itu, perkampungan mereka pun diberi sebutan “kampung manusia kepiting” oleh warga setempat.

Spoiler for kasihan:

Quote:
5. Desa berpenduduk poligami

dalam hukum amerika, berpoligami adalah kejahatan. Tetapi bagi 1200 warga centennial park -kampung kecil di colorado arizona- berpoligami menjadi impian. Bahkan para gadis justru ingin berbagi suami saat menikah kelak. Mungkin ada yang bersikap moderat ditengah kontroversi soal poligami, bahwa orang berpoligami merupakan pilihan dan kesepakatan. Bahkan di as yang menegaskan bahwa poligami adalah kejahatan, praktik rumah tangga dgn dua atau beberapa cinta ternyata tetap ada. Sekitar 1200 penduduk centennial park, kampung kecil didekat colorado, menunjukkan bahwa mereka berpoligami juga dengan alasan sendiri. Berbeda dgn mayoritas warga as, mereka menyebut komunitasnya all-american families (keluarga amerika seluruhnya), dlm arti sebenarnya. Seperti ariel hammon, 32, yang menikahi helen, 30, yg memberinya tujuh orang anak, kemudian menikahi lisa, 20, yg memberinya dua anak. Bagi ariel dan dua istrinya berpoligami berarti menambah tenaga kerja untuk membangun rumah-rumah baru. “warga di centennial park pernah membangun rumah baru di dekat rumah induk hanya dalam waktu dua hari. Itu karena banyak anak, banyak sukarelawan,” kata ariel kepada abcnews. Cemburu karena cinta berbagi? “kami tidak pernah memikirkannya, justru ini yg saya impikan sejak dahulu,” kata helen, yang bekas siswa ariel seperti halnya lisa. “saya tidak masalah ariel sudah menikah, itu saya anggap bonus,” tambah lisa.
Beberapa penduduk yang ditanya soal seks, mengaku risih. Menurut mereka, para remaja tetap menjaga keperawanan dan dilarang berciuman sebelum menikah. Dan di tengah tergerusnya moralitas akibat merebaknya seks bebas di as, centennial park cenderung tertutup dan curiga dengan orang asing. “karena agama melarang (seks sebelum menikah),” kata seorang penduduk.
Seorang remaja putri, michelle misalnya berharap suatu hari keperawanan akan memberinya orang yang tepat. “tak masalah apakah calon suami saya punya enam istri. Laki2 bukan milik kami, kami juga tdk bisa menguasainya. Sebanyak apa pun istri yang diinginkannya, tak masalah selama itu kehendak tuhan,” kata michelle.
Ariel juga menilai program big love di televise hbo yg menggambarkan intrik, kecemburuan dan saling menjatuhkan antara para istri, bukannya kenyataan sebenarnya. Ariel menilai yg terpenting adalah menjaga keutuhan rumah tangga dan mengasuh anak-anak sehingga seks bukan prioritas. “untuk seks, harus mencuri waktu karena banyak anak di rumah. Tetapi seks adalah ekspresi cinta, banyak cinta di tempat ini,” kata ariel.

Spoiler for poligami:
Quote:
6. Desa yang penduduknya hidup tanpa air bersih

lebih dari 40 tahun warga pedukuhan wangon, desa kubangsari, kecamatan ketanggungan, kabupaten brebes, jawa tengah, hidup tanpa air bersih. Mereka merasa hidup tak layak di negera merdeka. Desa yang berpenduduk lebih dari 2.255 jiwa ini hidup tanpa air bersih.Air bersih bagaikan barang langka yang sulit didapat. Sementara pemerintah daerah seolah menutup mata terhadap kesulitan warganya itu.
Konon katanya, desa ini kena kutukan karena ada seorang nenek nenek yang meminta air minum ke warga desa tapi ga ada yang ngasih.

Spoiler for kasihan:
Quote:
7. Desa tanpa kasur

dusun kasuran adalah salah satu dusun yang yang ada di desa margodadi kecamatan sayegan, sleman. Sepintas emang gak beda sama dusun yang laen gan, tapi satu hal yang membedakan adalah mayoritas penduduknya gak tidur diatas kasur.
Tradisi ini udah berlangsung turun-temurun sejak jaman nenek moyang, dan gak cuma ditaati oleh orang-orang yang udah sepuh, tapi juga orang-orang muda dan anak-anak. Meyoritas warga tidur hanya beralaskan tikar atau dipan yang gak ada kasurnya.
Kebiasaan ini tentunya bukan tanpa alasan, mitosnya aturan agar warga gak tidur diatas kasur merupakan perintah dari sunan kalijaga. Dusun ini dulunya emang pernah disinggahi sunan kalijaga ketika melakukan perjalanan untuk menyebarkan agama islam. Sunan kalijaga berjalan dari godean menuju arah utara, antara lain melewati dusun grogol dan tuksibeduk. Sampai di kasuran sekitar pukul 13.00-14.00 sunan kalijaga merasa sangat lelah. Kemudian dia meminta salah satu warga agar menggelarkan kasur untuk istirahat.
Ketika akan melanjutkan perjalanan, sunan kalijaga berpesan agar warga jangan sekali-kali tidur diatas kasur. Pesan tersebut masih dilaksanakan sampe sekarang, bukan hanya buat penduduk asli tapi juga buat penduduk baru.trus bagaimana kalo dilanggar? Menurut pengakuan penduduk setempat biasanya akan terjadi hal-hal yang aneh. Seperti yang terjadi pada 11 orang mahasiswa yang sedang kkn di daerah ini, sebelumnya mereka udah diberitahu tentang peraturan tak tertulis yang dipercaya masyarakat, tapi gak tau apakah mereka bener-bener percaya atau hanya manggut-manggut tapi dalam hati menolak. Alhasil menjelang tengah malam 4 orang mahasiswa teriak-teriak histeris, teman-temannya mengira 4 orang ini masuk angin, setelah dipanggilkan dokter kondisi mereka tetap sama, setelah dipanggilkan sesepuh barulah mereka bisa tenang.

Spoiler for konyol:
TAMBAHAN

DESA PENGEMIS

http://4.bp.blogspot.com/_l5vp0Hsg4Xo/SpYb2YFGT5I/AAAAAAAADvc/6iLccgGic5o/s320/Rumah+pengemis.jpg
Masyarakat di Pulau Madura, Jawa Timur dengan kekhasan budayanya yang berbingkai nilai-nilai agama terkadang menampakkan kenyataan hidup yang ironis.

Carok (duel menggunakan celurit), adalah salah satu contoh paling terkenal tentang "hitam putihnya" kehidupan masyarakat Madura. Sebagai masyarakat yang dikenal pemeluk Islam taat, seharusnya budaya membunuh orang lain tidak tumbuh di alam sosial Madura.

Namun persoalan carok itu tidak hanya berdiri di atas budaya masyarakat yang keras. Tradisi carok juga bertalian dengan pendidikan. Karenanya, seiring dengan makin banyaknya masyarakat terpelajar, budaya itu mulai banyak ditinggalkan, meskipun masih muncul beberapa kasus.

Ironi lain yang kemudian menjadi stigma negatif bagi masyarakat Madura adalah, sering ditemuinya orang yang menjadi pengemis di luar pulau. Profesi itu terlihat ironis karena masyarakat Madura dikenal sebagai pekerja keras. Lebih ironis lagi karena agama yang mereka anut (Islam) tidak membenarkan menempatkan tangan di bawah.

Bagi yang tidak paham atau memang apriori terhadap masyarakat Madura, kehadiran para pengemis itu akan dianggap atau dipersepsi sebagai wajah keseluruhan dari masyarakat di Pulau Madura.


Meski sesungguhnya, mereka itu sama sekali bukan gambaran dari masyarakat Madura pada umumnya.

Desa Pragaan Daya hanya bagian kecil dari wajah Madura namun kenyataan desa yang 90 persen penduduknya adalah pengemis telah mengesampingkan gambaran masyarakat Madura sebagai pekerja keras.

Desa Pragaan Daya berada di Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep. Desa itu terletak sekitar 45 km arah barat Kota Sumenep.

Secara fisik desa itu tidak menampakkan bahwa penduduknya meminta-minta. Di era tahun 1980-an, saat rumah penduduk lain masih banyak yang berdindingkan "gedek" (anyaman bambu), rumah warga Pragaan Daya sudah menggunakan tembok dan lantainya disemen, bahkan sebagian bertegel.

Suasana Desa Pragaan tidak beda dengan desa-desa lainnya di Madura yang terlihat tenang. Aktifitas warga yang paling menonjol adalah mengambil rumput untuk pakan ternak sapi di pagi hari, sebelum mereka menjalankan aktivitas mengemis.

Satu dari penduduk desa pengemis itu adalah NY Arifah (45) yang sehari-hari meminta-minta di kota Sumenep. Ia memiliki rumah permanen berlantai keramik dilengkapi pesawat TV serta berbagai hiasan yang terpampang di dinding rumahnya.

Ia tetap mengemis karena hal itu sudah menjadi budaya turun temurun, termasuk warga lainnya yang kondisi ekonominya tergolong kelas menengah untuk ukuran desa. Karenanya tidak heran bagi warga yang tak mampu, mengemis adalah keharusan untuk dijalankan.

Banyak alasan yang dilontarkan untuk membenarkan pekerjaan mereka itu, antara lain tidak memiliki usaha lain

"Saya tidak mempunyai lahan untuk bekerja. Jadi, satu-satunya jalan harus menerima sedekah dari yang lebih punya," tutur Ny Arifah.

"Hasil sedekah dari mereka yang memberi itu saya belanjakan untuk kebutuhan hidup dan pendidikan anak-anak. Kalau ada sisa saya tabung," ucapnya.

Dalam pandangannya, uang hasil meminta-minta itu adalah rezeki halal karena uang itu diberikan oleh si empunya secara ikhlas.

"Kalau tidak ikhlas tidak mungkin diberikan pada kami. Jadi, pemberian orang itu adalah sedekah yang tidak ada salahnya bila diterima," katanya.

Ia mengaku, pada bulan Ramadan, pendapatannya semakin bertambah. Kalau hari-hari biasa hanya mampu mengais pemberian orang antara Rp10.000 hingga Rp20.000 perhari, pada bulan Ramadhan ini, rata-rata mencapai Rp40.000.

Ia mengaku, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hasil mengemis juga digunakan untuk menyekolahkan dua orang anaknya yang sudah kelas tiga SMP dan kelas lima SD.

Tidak hanya mengenyam pendidikan dasar dan SLTP, anak-anak mereka tidak sedikit juga yang menjadi sarjana. Karenanya di desa itu banyak penyandang gelar sarjana. Saat ini juga banyak putra-putri mereka masih kuliah di perguruan tinggi terkemuka di Surabaya, Jombang dan Yogjakarta.

"Kalau mereka lulus langsung mendapat pekerjaan, itu sangat bagus. Artinya akan selamat dari predikat sebagai pengemis. Tapi bagi mereka yang nganggur, mau tidak mau akan jadi pengemis profesional," tutur Kepala Desa Pragaan Daya, Sofyan Amir.

Ia menuturkan, ada satu keluarga dari warganya yang merantau menjadi pengemis di wilayah Jember dan anaknya kuliah di Fakultas Kedokteran pada salah satu perguruan tinggi di Jember.

"Mereka sadar dengan pendidikan anak-anaknya. Meski, biayanya hasil mengemis, dan dan anaknya tidak pernah memprotes," ujarnya, namun enggan menyebutkan identitas yang dimaksud.

Sementara Ny Naimah (65) yang bertetangga dengan Ny Arifah mengatakan, mengemis dilakukan untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehar-hari.

"Kalau saya hanya untuk makan, kadang uang yang diberi orang itu tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari," jelasnya.

Maklum, nenek tua itu sudah tidak mampu menempuh jarak jauh. Ia hanya mendatangi warga tetangga desa yang terlihat mampu.

Mendapatkan predikat sebagai desa pengemis tak membuat Kepala Desa Pragaan Daya, Sofyan Amir risih. Budaya mengemis yang sudah mereka lakukan secara turun-temurun itu dinilainya sebuah pekerjaan yang normal.

"Saya sebagai Kepala Desa Pragaan Daya tidak merasa risih dengan sebutan desa pengemis," ujarnya.

Ia mengakui, dari 8.000 warganya 90 persen diantaranya sebagai pengemis, sedangkan 10 persennya, sebagai guru swasta, baik di lembaga pendidikan umum maupun di lingkungan pondok pesantren terdekat.

Menurut dia, para pengemis itu mempunyai sapi piaraan dan kambing. Bahkan, ada juga yang mempunyai toko kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di samping rumahnya.

Meski lokasi Desa Pragaan Daya sangat dekat dengan Pondok Pesantren Modern Al Amien di Prenduan, Sumenep, namun tak membuat warganya malu menyandang predikat sebagai pengemis.

Diakui, Hadi, disela-sela waktu luangnya ia juga aktif mengikuti acara pengajian yang diadakan sejumlah lembaga pendidikan. Bahka, ia juga aktif bersilaturrahmi ke Pesantren Modern Al-Amien, sekitar 1,5 kilometer dari desanya.

Yang cukup memperihatinkan, predikat pengemis, kini tidak hanya disandang warga Desa Pragaan Daya, karena banyak warga desa lain di Kecamatan Pragaan kini ikut-ikutan menjalani pekerjaan seperti itu.

Bahkan, sejumlah desa sekitarnya, seperti desa Kopedi, Kecamatan Bluto dan Desa Guluk-Guluk yang letaknya berdampingan dengan Pragaan Daya juga melakukan aktivitas sebagai pengemis.

sumber : kaskus.us

0 Comments:

Post a Comment



 

blogger templates | Make Money Online