|
---|
Wednesday, July 7, 2010
LHOKSEUMAWE-Kesal lantaran sering dikibuli soal uang setoran hasil melaut, Mahyedin Abu Bakar (47) tega mengikat dan membakar anak kandungnya di pohon jambu depan rumah. Akibatnya M Amrul (14) alias Syauki, sampai kemarin (6/7) kritis di rumah sakit. Aksi ini menghebohkan, lantaran disaksikan banyak warga tetangga mereka di Desa Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe.
Kasus ini sebelumnya sempat ditutup-tutupi pihak keluarga. Namun warga setempat yang prihatin, segera melaporkannya ke Polres Lhokseumawe yang selanjutnya terjun ke TKP. Sangkin tragisnya, sampai-sampai Wali Kota Lhokseumawe, Munir Usman, turut menjenguk bocah itu ke rumah sakit.© haxims.blogspot.com
Informasi dihimpun METRO ACEH grup POSMETRO MEDAN, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang juga melanggar UU Perlindungan Anak ini, warga setempat menyaksikan perbuatan Mahyedin yang membakar Syauki. Sebelum dibakar, bocah itu terlebih dulu diikat di pohon jambu depan rumah dan diguyur minyak tanah.
Peristiwa yang terjadi pada Senin (5/7) sore sekitar pukul 15.00 wib ini, gara-gara ulah nakal Syauki. Mahyedin kesal lantaran, setoran yang seharusnya diterima Rp120 ribu, tak genap. Syauki hanya memberikan Rp100 ribu, sedang Rp20 ribu lagi digelapkan sang bocah.
“Kami melihat anak itu diikat di batang pohon jambu depan rumah mereka. Pelaku langsung menyiramkan minyak tanah ke sekujur tubuh dan wajah Syauki. Barulah api disulut sampai membara di badan anak malang itu,” ujar salah seorang warga yang mengaku ikut menyaksikan peristiwa itu.
Warga yang tak mau menyebutkan identitas lengkapnya itu menambahkan, Syauki spontan menjerit kesakitan sembari minta tolong. Peristiwa itu langsung mengundang perhatian warga sekitar dan berhamburan keluar rumah masing-masing.
Mereka yang merasa iba, berusaha menyelamatkan Syauki dengan menyiramkan air ke tubuh bocah malang itu, sampai akhirnya si jago merah berhasil mereka padamkan. “Saat kami tanyakan mengapa ia tega membakar anaknya sendiri, Mahyedin malah menjawab enteng,” kesal seorang warga, diamini pria tetangganya.
“Yang saya bakar ini, anak saya. Jadi kalian jangan ikut campur,” bentak Mahyedin seperti diucap ulang oleh seorang warga yang mengaku heran, sebab sejurus kemudian Mahyedin malah membawa anaknya itu ke rumah sakit.
Menghilang
Setelah kasus ini dilaporkan warga ke polisi, Mahyedin langsung menghilang. Sedang Syauki hingga kemarin, terlihat masih kritis di RSU Cut Meutia, Lhokseumawe. Sekujur tubuhnya cacat permanen akibat luka bakar.
Karena lukanya yang teramat parah, mencapai 70 persen tubuhnya, kemungkinan bocah malang ini akan segera dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh guna perawatan medis yang lebih intensif. “Pelaku kabur saat disambangi polisi di rumah Sakit PMI kemarin sore,” kata seorang anggota keluarga saat disambangi wartawan.
Lanjut saudara sedarah korban itu, saat dirawat di Rumah Sakit PMI Lhokseumawe, polisi sempat bertemu dengan Mahyedin. Namun pria yang sehari-hari mencari nafkah dari melaut itu, langsung kabur menghindar.
Masih disebutkan anggota keluarga Syauki, adiknya itu sempat tersulut api selama 3 menit lebih. Sampai-sampai, batang pohon jambu tempat Syauki terpanggang. “Kata dokter, Syauki tidak bisa dioperasi. Antisipasi sementara hanya bisa diberi minum obat,” ujar Andri abang kandung korban seraya menerangkan, kuping kiri adiknya itu sampai melepuh dan diprediksi akan cacat permanen.
Dijelaskan Andri, saat pembantaian itu terjadi, mereka tak satupun yang berada di rumah. Ibu mereka sedang pergi ke pesta pernikahan saudara. Sementara Andri sendiri sedang berada di tempat rekannya.
Naasnya, di awal-awal penyiksaan itu, para tetangga juga banyak yang tidak tahu. Hal ini dimanfaatkan Mahyedin dengan menyiksa remaja itu, sampai akhirnya menjerit kesakitan dan terdengar tetangga.
“Seandainya kemarin ada Saya, mungkin tidak seperti ini kejadiannya. Ayah tidak akan berani berbuat seperti itu kalau ada saya di rumah,” sesal Andri yang juga menerangkan, selama ini adiknya sering mendapat hukuman fisik dari ayah mereka.
Kenapa? Kata Andri, selama ini Syauki sering berbuat salah. Hanya saja, meski sering menyalah, hukuman tak pernah sampai separah kemarin. “Paling-paling, Syauki hanya diikat di pohon jambu berjam-jam. Kemudian dilepas lagi,” tambahnya.
Sementara itu Kapolres Lhokseumawe AKBP Kukuh Santoso, melalui Kapolsek Banda Sakti AKP Adi Sofyan menjelaskan, awalnya pihak keluarga korban mengaku kejadian itu hanya kecelakaan semata, yakni akibat kompor meledak.
Namun setelah diselidiki, naasnya Syauki akibat perbuatan keji sang ayah. “Pelaku sedang kita kejar. Bahkan pihak keluarga ikut diminta untuk melacak keberadaan pelaku,” ujar Kapolsek Banda Sakti AKP Adi Sofyan.
Terpisah, Wali Kota Lhokseumawe Munir Usman, Selasa siang menjenguk Syauki yang masih dirawat di RSU Cut Meutia. Dia meminta agar pihak keluarga korban segera merujuk Syauki ke rumah sakit di Banda Aceh.
Untuk itu, Munir Usman meminta segera menghubungi pihak dinas kesehatan agar bisa dibantu soal biaya transportasinya. Wali Kota juga memberikan dana bantuan kepada keluarga korban. Saat menyambangi Syauki, Wali Kota didampingi Kepala Kesbang Pol dan Linmas Aceh Utara Ny Marzani SE MM bersama sejumlah staf.
Kasus ini sebelumnya sempat ditutup-tutupi pihak keluarga. Namun warga setempat yang prihatin, segera melaporkannya ke Polres Lhokseumawe yang selanjutnya terjun ke TKP. Sangkin tragisnya, sampai-sampai Wali Kota Lhokseumawe, Munir Usman, turut menjenguk bocah itu ke rumah sakit.© haxims.blogspot.com
Informasi dihimpun METRO ACEH grup POSMETRO MEDAN, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang juga melanggar UU Perlindungan Anak ini, warga setempat menyaksikan perbuatan Mahyedin yang membakar Syauki. Sebelum dibakar, bocah itu terlebih dulu diikat di pohon jambu depan rumah dan diguyur minyak tanah.
Peristiwa yang terjadi pada Senin (5/7) sore sekitar pukul 15.00 wib ini, gara-gara ulah nakal Syauki. Mahyedin kesal lantaran, setoran yang seharusnya diterima Rp120 ribu, tak genap. Syauki hanya memberikan Rp100 ribu, sedang Rp20 ribu lagi digelapkan sang bocah.
“Kami melihat anak itu diikat di batang pohon jambu depan rumah mereka. Pelaku langsung menyiramkan minyak tanah ke sekujur tubuh dan wajah Syauki. Barulah api disulut sampai membara di badan anak malang itu,” ujar salah seorang warga yang mengaku ikut menyaksikan peristiwa itu.
Warga yang tak mau menyebutkan identitas lengkapnya itu menambahkan, Syauki spontan menjerit kesakitan sembari minta tolong. Peristiwa itu langsung mengundang perhatian warga sekitar dan berhamburan keluar rumah masing-masing.
Mereka yang merasa iba, berusaha menyelamatkan Syauki dengan menyiramkan air ke tubuh bocah malang itu, sampai akhirnya si jago merah berhasil mereka padamkan. “Saat kami tanyakan mengapa ia tega membakar anaknya sendiri, Mahyedin malah menjawab enteng,” kesal seorang warga, diamini pria tetangganya.
“Yang saya bakar ini, anak saya. Jadi kalian jangan ikut campur,” bentak Mahyedin seperti diucap ulang oleh seorang warga yang mengaku heran, sebab sejurus kemudian Mahyedin malah membawa anaknya itu ke rumah sakit.
Menghilang
Setelah kasus ini dilaporkan warga ke polisi, Mahyedin langsung menghilang. Sedang Syauki hingga kemarin, terlihat masih kritis di RSU Cut Meutia, Lhokseumawe. Sekujur tubuhnya cacat permanen akibat luka bakar.
Karena lukanya yang teramat parah, mencapai 70 persen tubuhnya, kemungkinan bocah malang ini akan segera dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh guna perawatan medis yang lebih intensif. “Pelaku kabur saat disambangi polisi di rumah Sakit PMI kemarin sore,” kata seorang anggota keluarga saat disambangi wartawan.
Lanjut saudara sedarah korban itu, saat dirawat di Rumah Sakit PMI Lhokseumawe, polisi sempat bertemu dengan Mahyedin. Namun pria yang sehari-hari mencari nafkah dari melaut itu, langsung kabur menghindar.
Masih disebutkan anggota keluarga Syauki, adiknya itu sempat tersulut api selama 3 menit lebih. Sampai-sampai, batang pohon jambu tempat Syauki terpanggang. “Kata dokter, Syauki tidak bisa dioperasi. Antisipasi sementara hanya bisa diberi minum obat,” ujar Andri abang kandung korban seraya menerangkan, kuping kiri adiknya itu sampai melepuh dan diprediksi akan cacat permanen.
Dijelaskan Andri, saat pembantaian itu terjadi, mereka tak satupun yang berada di rumah. Ibu mereka sedang pergi ke pesta pernikahan saudara. Sementara Andri sendiri sedang berada di tempat rekannya.
Naasnya, di awal-awal penyiksaan itu, para tetangga juga banyak yang tidak tahu. Hal ini dimanfaatkan Mahyedin dengan menyiksa remaja itu, sampai akhirnya menjerit kesakitan dan terdengar tetangga.
“Seandainya kemarin ada Saya, mungkin tidak seperti ini kejadiannya. Ayah tidak akan berani berbuat seperti itu kalau ada saya di rumah,” sesal Andri yang juga menerangkan, selama ini adiknya sering mendapat hukuman fisik dari ayah mereka.
Kenapa? Kata Andri, selama ini Syauki sering berbuat salah. Hanya saja, meski sering menyalah, hukuman tak pernah sampai separah kemarin. “Paling-paling, Syauki hanya diikat di pohon jambu berjam-jam. Kemudian dilepas lagi,” tambahnya.
Sementara itu Kapolres Lhokseumawe AKBP Kukuh Santoso, melalui Kapolsek Banda Sakti AKP Adi Sofyan menjelaskan, awalnya pihak keluarga korban mengaku kejadian itu hanya kecelakaan semata, yakni akibat kompor meledak.
Namun setelah diselidiki, naasnya Syauki akibat perbuatan keji sang ayah. “Pelaku sedang kita kejar. Bahkan pihak keluarga ikut diminta untuk melacak keberadaan pelaku,” ujar Kapolsek Banda Sakti AKP Adi Sofyan.
Terpisah, Wali Kota Lhokseumawe Munir Usman, Selasa siang menjenguk Syauki yang masih dirawat di RSU Cut Meutia. Dia meminta agar pihak keluarga korban segera merujuk Syauki ke rumah sakit di Banda Aceh.
Untuk itu, Munir Usman meminta segera menghubungi pihak dinas kesehatan agar bisa dibantu soal biaya transportasinya. Wali Kota juga memberikan dana bantuan kepada keluarga korban. Saat menyambangi Syauki, Wali Kota didampingi Kepala Kesbang Pol dan Linmas Aceh Utara Ny Marzani SE MM bersama sejumlah staf.
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)