|
---|
Thursday, February 17, 2011
Jalan raya di Indonesia bisa dibilang seperti medan pertempuran. Setiap pergerakan penggunanya perlu dilakukan dengan penuh kewaspadaan dan perhitungan. Sudah begitu, karakter dan perilaku penggunanya pun beraneka ragam. Dari yang adem ayem sampai brangasan.
Kalau kurang waspada, yang adem ayem pun bisa bikin celaka. Sementara, pengemudi yang kalem pun, bisa jadi berubah jadi sembrono gara-gara tetangga di jalur sebelah yang cara bawa mobilnya enggak sopan. “Pelan itu bukan tidak berarti selalu selamat. Begitu juga kencang. Yang betul adalah yang kecepatan yang pas, sesuai kondisi dan tuntutan lingkungan,” kata Jusri Pulubuhu, pakar safety driving.
Di jalan raya, ada sejumlah karakter yang perlu diwaspadai karena mengundang bayaha. Mereka biasanya terlalu cepat, terlalu lambat sampai terlalu sibuk selagi berada di belakang kemudi.
Cara terbaik menghadapi mereka adalah dengan tetap berpikir jernih, tidak terpancing dan menghindari. Seperti apa saja sih karakter pengemudi berbahaya itu? Semoga Anda tidak termasuk salah satu dari 5 trouble maker berikut ya...© haxims.blogspot.com
Kalau kurang waspada, yang adem ayem pun bisa bikin celaka. Sementara, pengemudi yang kalem pun, bisa jadi berubah jadi sembrono gara-gara tetangga di jalur sebelah yang cara bawa mobilnya enggak sopan. “Pelan itu bukan tidak berarti selalu selamat. Begitu juga kencang. Yang betul adalah yang kecepatan yang pas, sesuai kondisi dan tuntutan lingkungan,” kata Jusri Pulubuhu, pakar safety driving.
Di jalan raya, ada sejumlah karakter yang perlu diwaspadai karena mengundang bayaha. Mereka biasanya terlalu cepat, terlalu lambat sampai terlalu sibuk selagi berada di belakang kemudi.
Cara terbaik menghadapi mereka adalah dengan tetap berpikir jernih, tidak terpancing dan menghindari. Seperti apa saja sih karakter pengemudi berbahaya itu? Semoga Anda tidak termasuk salah satu dari 5 trouble maker berikut ya...© haxims.blogspot.com
- AGRESIF
“Ini biasanya laki-laki. Ibaratnya kalau di jalan, mereka itu ranjau-ranjau bergerak. Acuh tak acuh, sembrono, susah diatur,” jelas Jusri, pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting.
Perilaku seperti ini membahayakan enggak cuma si pengemudi tapi juga orang-orang di sekitarnya yang tidak siap.
Tapi jangan khawatir, karakter agresif ini terhitung gampang dideteksi dari gaya mengemudi atau mobilnya. Yang pertama akselerasi yang tak stabil, sering gas dan rem dengan cepat. Ini juga terlihat dari frekuensi menyala lampu rem, pada orang agresif biasanya cukup tinggi dan rapat. Karena tidak sabar, pengemudi agresif juga senang berpindah-pindah jalur. - PROVOKATIF
Pengemudi provokatif biasanya memiliki gabungan karakter agresif, tidak sabaran dan kurang pedulian sehingga memancing emosi pengguna jalan di sekitarnya. Di jalan pengemudi kayak ini sangat mudah dideteksi dari perilakunya.
Seperti menempel terlalu dekat, menyalakan lampu jauh atau klakson berulang-ulang, memotong jalur secara mendadak sampai menampakkan bahasa tubuh atau ekspresi marah.
Jenis ini berbahaya bukan saja karena perilakunya yang mengancam secara langsung, tapi juga efek emosional yang diakibatkannya. Kalau terpancing, pengemudi di sekitarnya bisa ikutan emosi, marah sampai mengemudi dengan sembrono. - SLOW MOTION
Pelan bukan berarti aman dan jaminan selamat, apalagi kalau dilakukan di jalur cepat. Pengemudi yang bergerak terlalu pelan biasanya karena takut tidak mampu mengontrol kendaraannya. Tapi ini justru mengganggu dan membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Pengemudi slow motion bisa mengganggu aliran kendaraan, terutama di jalur yang memerlukan perpindahan jalur dengan cepat. Kalau pengemudi di belakangnya tidak siap mengantisipasi gerakan terlalu lambat, pengendra slow motion ini bisa memicu tabrakan. - MULTITASKER (kayak komputer aja multitasking )
“Ini biasanya wanita, mengemudi dilakukan bersamaan dengan banyak aktivitas lain. Sering cek kaca spion, dandan, atau bertelpon,” jelas Jusri.
Multitasking di belakang kemudi, sama aja mengundang bahaya karena bikin kurang fokus. Ini bisa dilihat dari caranya mengemudi yang ceroboh, lengah, kecepatan berubah-ubah padahal di jalur lurus.
Menurut Jusri, multitasking menyebabkan berkurangnya kemampuan menilai (injudicious). Cirinya, estimasi jarak kurang baik, gerakan tidak umum, sering hampir mengalami kecelakaan dan gerakan menyalip kurang baik.
“Bukan soal batas otaknya mampu atau tidak, tapi mengemudi itu harus fokus, karena kita tidak tahu risiko atau yang dihadapi di depan. Anda mungkin mampu multitasking saat mengemudi, tapi orang lain belum tentu mampu menghadapi efeknya,” jelas Lukman. - SLONONG BOY
Alias pengemudi yang ceroboh. Bisa karena kebiasaan tak acuh, kurang waspada atau malah mau menang sendiri. Karakter seperti ini enggak hanya ditemui di pengemudi mobil, tapi juga biker. Kebiasaan belok mendadak tanpa memberi tanda, memotong jalur, atau keluar dari gang tanpa berhenti. Si slonong boy ini membahayakan diri sendiri dan orang lain, karena bikin kaget, marah sampai mengambil tindakan tiba-tiba seperti ngerem mendadak. Ya kalau dapat, kalau enggak? Brakkk!
paling nyebelin nih yang kayak gini..
Labels: info, Pengetahuan
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)