|
---|
Wednesday, May 25, 2011
Tahun 2011 tampaknya menjadi tahun pernikahan keluarga kerajaan. Setelah ahli waris kedua takhta Kerajaan Inggris, Pangeran William, menikahi Kate Middleton, kini giliran Kerajaan Bhutan yang melangsungkan gawe besar. Raja mereka, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck, segera menikahi kekasihnya, mahasiswa berusia 20 tahun bernama Jetsun Pema. Pernikahan itu direncanakan digelar Oktober tahun ini.
Namanya Jetsun Pema. Meskipun masih muda, dia memiliki kepribadian yang hangat dan sifat yang baik.
"Sebagai raja, kini saatnya saya menikah. Melalui berbagai pertimbangan, saya memutuskan pernikahan itu akan dilangsungkan tahun ini," kata raja yang baru berusia 31 tahun itu.
Pengumuman itu disampaikannya saat membuka sidang parlemen. "Namanya Jetsun Pema. Meskipun masih muda, dia memiliki kepribadian hangat dan sifat yang baik," ujar raja lulusan Oxford itu.
Raja termuda dunia yang dijuluki "Pangeran Impian" itu tersenyum saat mengumumkan nama calon istrinya yang kuliah di Regents College, London, Inggris, itu.
Pengumuman itu disambut tepuk tangan meriah dari para anggota parlemen. Padahal, tepuk tangan pada sebuah acara formal dianggap melanggar tata krama. Di negara kecil di lereng Pegunungan Himalaya itu, menunjukkan kebahagiaan di depan umum dianggap tidak sopan.
"Rakyat mungkin mengira ratu saya harus berpendidikan tinggi, cantik, dan yang terbaik," sebuah media lokal mengutip ucapan Raja Wangchuck. "Jetsun Pema adalah gadis baik yang sangat mendukung dan saya memercayainya. Saya tidak tahu pendapat rakyat tentang dia. Namun, menurut saya, dia memiliki semua kualitas yang dibutuhkan dari setiap perempuan."
Wangchuck mengaku cukup lama mengenal Pema dan gadis itu sudah mendampinginya dalam beberapa kunjungan ke sejumlah wilayah di negaranya.
Meskipun yang menikah raja, pernikahan itu tidak akan dilangsungkan secara mewah. "Memang ada perayaan, tetapi Yang Mulia meminta pemerintah tidak membuat rencana besar ataupun menggelar perayaan besar. Selain karena kurangnya sumber daya (di Bhutan), juga karena Yang Mulia menginginkan perayaan itu lebih akrab dan pribadi," jelas Dorji Wangchuck.
Wangchuck adalah raja kelima sejak Kerajaan Bhutan berdiri pada 1907. Dia putra dari istri ketiga dan anak lelaki tertua. Dia dinobatkan sebagai raja pada November 2008 setelah ayahnya, Jigme Syngye Wangchuck, turun takhta.
Keluarga Kerajaan Bhutan sangat dihormati rakyatnya, bahkan setelah kerajaan terpencil itu berubah menjadi kerajaan berkonstitusi. Wangchuck merupakan salah satu pendukung demokrasi di negara itu.
Selama beberapa waktu, Bhutan tidak memiliki listrik, jalan, sekolah, bahkan rumah sakit. Pada tahun 1999, negara itu mencabut larangan televisi kabel dan internet. Namun, hingga kini di negara itu tidak ada lampu lalu lintas.
Keluarga Kerajaan Bhutan sangat tertutup dan tidak banyak rakyat yang tahu, termasuk tentang pernikahan di lingkungan kerajaan. Salah satunya, ayah Wangchuck yang menikahi empat perempuan bersaudara. Meskipun pernikahan itu sudah berlangsung bertahun-tahun, perayaan formalnya baru digelar pada 1988.
Namanya Jetsun Pema. Meskipun masih muda, dia memiliki kepribadian yang hangat dan sifat yang baik.
"Sebagai raja, kini saatnya saya menikah. Melalui berbagai pertimbangan, saya memutuskan pernikahan itu akan dilangsungkan tahun ini," kata raja yang baru berusia 31 tahun itu.
Pengumuman itu disampaikannya saat membuka sidang parlemen. "Namanya Jetsun Pema. Meskipun masih muda, dia memiliki kepribadian hangat dan sifat yang baik," ujar raja lulusan Oxford itu.
Raja termuda dunia yang dijuluki "Pangeran Impian" itu tersenyum saat mengumumkan nama calon istrinya yang kuliah di Regents College, London, Inggris, itu.
Pengumuman itu disambut tepuk tangan meriah dari para anggota parlemen. Padahal, tepuk tangan pada sebuah acara formal dianggap melanggar tata krama. Di negara kecil di lereng Pegunungan Himalaya itu, menunjukkan kebahagiaan di depan umum dianggap tidak sopan.
"Rakyat mungkin mengira ratu saya harus berpendidikan tinggi, cantik, dan yang terbaik," sebuah media lokal mengutip ucapan Raja Wangchuck. "Jetsun Pema adalah gadis baik yang sangat mendukung dan saya memercayainya. Saya tidak tahu pendapat rakyat tentang dia. Namun, menurut saya, dia memiliki semua kualitas yang dibutuhkan dari setiap perempuan."
Wangchuck mengaku cukup lama mengenal Pema dan gadis itu sudah mendampinginya dalam beberapa kunjungan ke sejumlah wilayah di negaranya.
Meskipun yang menikah raja, pernikahan itu tidak akan dilangsungkan secara mewah. "Memang ada perayaan, tetapi Yang Mulia meminta pemerintah tidak membuat rencana besar ataupun menggelar perayaan besar. Selain karena kurangnya sumber daya (di Bhutan), juga karena Yang Mulia menginginkan perayaan itu lebih akrab dan pribadi," jelas Dorji Wangchuck.
Wangchuck adalah raja kelima sejak Kerajaan Bhutan berdiri pada 1907. Dia putra dari istri ketiga dan anak lelaki tertua. Dia dinobatkan sebagai raja pada November 2008 setelah ayahnya, Jigme Syngye Wangchuck, turun takhta.
Keluarga Kerajaan Bhutan sangat dihormati rakyatnya, bahkan setelah kerajaan terpencil itu berubah menjadi kerajaan berkonstitusi. Wangchuck merupakan salah satu pendukung demokrasi di negara itu.
Selama beberapa waktu, Bhutan tidak memiliki listrik, jalan, sekolah, bahkan rumah sakit. Pada tahun 1999, negara itu mencabut larangan televisi kabel dan internet. Namun, hingga kini di negara itu tidak ada lampu lalu lintas.
Keluarga Kerajaan Bhutan sangat tertutup dan tidak banyak rakyat yang tahu, termasuk tentang pernikahan di lingkungan kerajaan. Salah satunya, ayah Wangchuck yang menikahi empat perempuan bersaudara. Meskipun pernikahan itu sudah berlangsung bertahun-tahun, perayaan formalnya baru digelar pada 1988.
sumber: international.kompas.com
Labels: berita
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)